Ada peristiwa apa saja dalam cerita Hikayat abu nawas dan botol ajaib tersebut?
1. Ada peristiwa apa saja dalam cerita Hikayat abu nawas dan botol ajaib tersebut?
Jawab :
Alkisah, pada suatu hari, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid merasakan sakit perut yang tak kunjung sembuh.
Kata tabib istana, Baginda Raja terkena penyakit angina. Penyakitnya tak parah, tapi cukup mengganggu keseharian baginda.
Ia lalu memanggil Abu Nawas ke istananya. Sesampainya pria itu di istana, Baginda Raja menyambutnya dengan senyuman yang lebar. Rupanya, sang raja telah menyiapkan tugas yang cukup konyol untuk pria tersebut.
“Hai, kau Abu Nawas.
Aku punya tugas penting buatmu,” ucap sang raja.
“Wahai Baginda Raja Harun Ar-Rasyid, tugas apakah yang akan engkau berikan pada hamba?” jawab pria lucu itu.
“Akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit perut. Kata tabib istana, aku menderita penyakit angina,” kata raja
Abu Nawas sedikit keheranan mendengar cerita sang raja. Ia lalu bertanya, “Ampun Baginda, kiranya apa yang bisa hamba lakukan untuk Yang Mulia?”.
“Tangkap dan penjarakan angin itu untukku! Kau tentu bisa melakukannya, bukan?” perintah sang raja.
Pria yang mendapat perintah konyol dari raja ini pun terdiam sejenak.
Ia merasa bingung dengan perintah dari raja. Di sisi lain, ia tak mungkin menolak perintah itu. Sebab, apa pun yang jadi perintah raja harus ia patuhi bila tak mau terkena hukuman.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya pria ini menjawab, “Baiklah, Yang Mulia.
Akan hamba coba untuk memenjarakan angin,” ucapnya meskipun belum tahu cara untuk menangkap benda tak kasat mata itu.
“Aku beri kau waktu tiga hari untuk menyelesaikan tugasmu.
Betapa baik hatiku, hahaha” ucap sang raja.
“Baik, Yang Mulia.
Akan hamba segera selesaikan perintah dari Tuan,” jawabnya.
Memikirkan Cara Memenjarakan Angin
Usai mendapat perintah dari sang raja, Abu Nawas pun pulang membawa tugas konyol itu. Sepanjang perjalanan pulang, ia terus terdiam dan mulutnya terkunci tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Ia tak habis pikir dengan perintah yang Raja Harun Ar-Rasyid berikan.
Ia belum bisa memikirkan bagaimana cara menangkap dan memenjarakan angin. Menurutnya, angin adalah benda yang tak berwarna dan tak dapat dilihat.
“Bagaimana bisa aku menangkap angin yang bahkan tak bisa kusentuh itu?” tanyanya dalam hati.
Dua hari berlalu, Abu Nawas tak kunjung mendapatkan ide untuk menangkap angin, apalagi harus memenjarakannya.
Ia hampir putus asa.
Bahkan, ia tak dapat tidur dengan tenang. Ditambah lagi, waktu yang Baginda Raja tentukan hanya kurang 1 hari lagi.
“Apa yang harus kuperbuat? Besok adalah hari terakhir.
Tapi, aku tak kunjung mendapatkan ide,” ucapnya dalam hati.
Ia mondar-mandir memikirkan cara untuk memenjarakan angin.
Saking bingungnya, dalam hati, ia sempat menyerah dan berserah pada hukuman yang akan dirinya dapatkan esok hari.
Ketika malam datang, tiba-tiba ia mendapatkan ide yang sangat cemerlang.
“Bukankah angin itu tidak terlihat? Raja juga tak dapat melihatnya, bukan?” ucapnya dalam hati sambil bergegas menyiapkan alat-alat yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tugasnya.
Kembali ke Istana
Saat pagi tiba, ia berjalan dengan yakin ke istana. Ia membawa sebuah botol kosong.
Tak nampak apa pun di dalam botol itu.
Ia lalu menemui Baginda Raja yang rupanya juga telah menunggu kedatangannya.
“Kau sudah menyiapkan tugas yang kuperintahkan padamu?” tanya sang raja.
“Tentu sudah, Yang Mulia,” kata Abu Nawas sambil menyerahkan sebuah botol kosong pada Baginda Raja.
“Mana anginnya?” tanya Baginda.
“Ada di dalam botol ini, Yang Mulia,” jawab pria cerdas itu dengan senyuman.
“Benarkah? Kenapa aku tak bisa melihat apa-apa?” tanya Baginda Raja kebingungan.
” Ampun Baginda, siapa pun tak akan bisa melihat angin.
Akan tetapi, jika ingin tahu angin, Tuan harus membuka tutup botol tersebut terlebih dahulu,” jawab Abu Nawas meyakinkan sang raja.
Setelah membuka tutup botol, Baginda Raja mencium bau busuk.
Ia lalu murka kepada pria yang membawa botol tersebut. “Bau busuk apa ini? Kau mau meracuniku?” bentak sang raja.
“Ampun Baginda. Tadi hamba buang angin.
Lalu, hamba masukkan dalam botol itu. Karena takut anginnya keluar, maka hamba memenjarakannya dengan menutup botol ini. Dengan begitu, hamba bisa menyelesaikan tugas dari Tuan,” jawab pria cerdik ini.
Mendengar penjelasan pria itu, Baginda Raja tak jadi marah.
Ia merasa perkataan Abu Nawas sangat masuk akal. Karenanya, Baginda Raja tak menghukum pria itu dan justru memberikannya sebuah hadiah.
itu jawabanya semoga membantu
maaf klo salah
2. Ada peristiwa apa saja dlm cerita hikayat abu nawas dan botol ajaib
Alkisah, pada suatu hari, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid merasakan sakit perut yang tak kunjung sembuh. Kata tabib istana, Baginda Raja terkena penyakit angina. Penyakitnya tak parah, tapi cukup mengganggu keseharian baginda.
Ia lalu memanggil Abu Nawas ke istananya. Sesampainya pria itu di istana, Baginda Raja menyambutnya dengan senyuman yang lebar. Rupanya, sang raja telah menyiapkan tugas yang cukup konyol untuk pria tersebut.
“Hai, kau Abu Nawas. Aku punya tugas penting buatmu,” ucap sang raja.
“Wahai Baginda Raja Harun Ar-Rasyid, tugas apakah yang akan engkau berikan pada hamba?” jawab pria lucu itu.
“Akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit perut. Kata tabib istana, aku menderita penyakit angina,” kata raja
Abu Nawas sedikit keheranan mendengar cerita sang raja. Ia lalu bertanya, “Ampun Baginda, kiranya apa yang bisa hamba lakukan untuk Yang Mulia?”.
“Tangkap dan penjarakan angin itu untukku! Kau tentu bisa melakukannya, bukan?” perintah sang raja.
Pria yang mendapat perintah konyol dari raja ini pun terdiam sejenak. Ia merasa bingung dengan perintah dari raja. Di sisi lain, ia tak mungkin menolak perintah itu. Sebab, apa pun yang jadi perintah raja harus ia patuhi bila tak mau terkena hukuman.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya pria ini menjawab, “Baiklah, Yang Mulia. Akan hamba coba untuk memenjarakan angin,” ucapnya meskipun belum tahu cara untuk menangkap benda tak kasat mata itu.
“Aku beri kau waktu tiga hari untuk menyelesaikan tugasmu. Betapa baik hatiku, hahaha” ucap sang raja.
“Baik, Yang Mulia. Akan hamba segera selesaikan perintah dari Tuan,” jawabnya.
Memikirkan Cara Memenjarakan Angin
Usai mendapat perintah dari sang raja, Abu Nawas pun pulang membawa tugas konyol itu. Sepanjang perjalanan pulang, ia terus terdiam dan mulutnya terkunci tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Ia tak habis pikir dengan perintah yang Raja Harun Ar-Rasyid berikan. Ia belum bisa memikirkan bagaimana cara menangkap dan memenjarakan angin. Menurutnya, angin adalah benda yang tak berwarna dan tak dapat dilihat.
“Bagaimana bisa aku menangkap angin yang bahkan tak bisa kusentuh itu?” tanyanya dalam hati.
Dua hari berlalu, Abu Nawas tak kunjung mendapatkan ide untuk menangkap angin, apalagi harus memenjarakannya. Ia hampir putus asa. Bahkan, ia tak dapat tidur dengan tenang. Ditambah lagi, waktu yang Baginda Raja tentukan hanya kurang 1 hari lagi.
“Apa yang harus kuperbuat? Besok adalah hari terakhir. Tapi, aku tak kunjung mendapatkan ide,” ucapnya dalam hati.
Ia mondar-mandir memikirkan cara untuk memenjarakan angin. Saking bingungnya, dalam hati, ia sempat menyerah dan berserah pada hukuman yang akan dirinya dapatkan esok hari.
Ketika malam datang, tiba-tiba ia mendapatkan ide yang sangat cemerlang. “Bukankah angin itu tidak terlihat? Raja juga tak dapat melihatnya, bukan?” ucapnya dalam hati sambil bergegas menyiapkan alat-alat yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tugasnya.
Kembali ke Istana
Saat pagi tiba, ia berjalan dengan yakin ke istana. Ia membawa sebuah botol kosong. Tak nampak apa pun di dalam botol itu. Ia lalu menemui Baginda Raja yang rupanya juga telah menunggu kedatangannya.
“Kau sudah menyiapkan tugas yang kuperintahkan padamu?” tanya sang raja.
“Tentu sudah, Yang Mulia,” kata Abu Nawas sambil menyerahkan sebuah botol kosong pada Baginda Raja.
“Mana anginnya?” tanya Baginda.
“Ada di dalam botol ini, Yang Mulia,” jawab pria cerdas itu dengan senyuman.
“Benarkah? Kenapa aku tak bisa melihat apa-apa?” tanya Baginda Raja kebingungan.
” Ampun Baginda, siapa pun tak akan bisa melihat angin. Akan tetapi, jika ingin tahu angin, Tuan harus membuka tutup botol tersebut terlebih dahulu,” jawab Abu Nawas meyakinkan sang raja.
Setelah membuka tutup botol, Baginda Raja mencium bau busuk. Ia lalu murka kepada pria yang membawa botol tersebut. “Bau busuk apa ini? Kau mau meracuniku?” bentak sang raja.
“Ampun Baginda. Tadi hamba buang angin. Lalu, hamba masukkan dalam botol itu. Karena takut anginnya keluar, maka hamba memenjarakannya dengan menutup botol ini. Dengan begitu, hamba bisa menyelesaikan tugas dari Tuan,” jawab pria cerdik ini.
Mendengar penjelasan pria itu, Baginda Raja tak jadi marah. Ia merasa perkataan Abu Nawas sangat masuk akal. Karenanya, Baginda Raja tak menghukum pria itu dan justru memberikannya sebuah hadiah.
Sekian terimakasih
3. Karakteritik kesaktian dari cerita hikayat abu nawas botol ajaib
Jawaban:
menggunakan botol maaf kalo salah
4. amanah, hikayat, abu nawas pesan bagi hakim
kita harus bersikap adil dan banyak2 bersyukur
5. sinopsisnya dari cerita Abu Nawas dan Botol ajaib
Jawaban:
maaf kalo tulisannya kepotong
6. amanah, hikayat, abu nawas pesan bagi hakim
Amanat :
-kita harus banyak-banyak bersyukur.
Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
-kita harus selalu bersikap adil
Maaf saya hanya tau amanat nya saja
7. majas dan konjungsi apa yang muncul pada teks abu nawas dan botol ajaib, sertakan dengan bukti kutipan.
Jawaban:
Jenis majas pada kutipan hikayat di atas adalah majas simile.
kutipan yg terdapat pada majas simile yaitu tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat sedangkan angin tidak.
jenis majas lainnya adalah metafora.
kutipan yg terdapat Majas metafora yaitu "Akhir-akhir ini sering mendapat ganguan perut. kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin" kata baginda raja memulai pembicaraan.
Penjelasan:
semoga bermanfaat:D
8. unsur intrinsik hikayat abu nawas asmara memang aneh
Tokoh: Abu Nawas, Baginda Harun Ar-Rasyid (Raja), Pangeran
Tema: cinta
Latar: tempat: kamar pangeran, desa
Alur: maju
Watak: Abu Nawas: cerdas, Raja: Bijaksana Pangeran: Pendiam
Amanat: jika ada keinginan, ungkapkan dengan baik jangan disimpan sendiri. jangan berburu sangka jika tidak tau maksud/tujuan perilaku seseorang
9. peristiwa apa saja dalam cerita hikayat abu nawas dan botol ajaib?tolong ya besok sdh mau dikumpulkan
Alkisah, pada suatu hari, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid merasakan sakit perut yang tak kunjung sembuh. Kata tabib istana, Baginda Raja terkena penyakit angina. Penyakitnya tak parah, tapi cukup mengganggu keseharian baginda.
Ia lalu memanggil Abu Nawas ke istananya. Sesampainya pria itu di istana, Baginda Raja menyambutnya dengan senyuman yang lebar. Rupanya, sang raja telah menyiapkan tugas yang cukup konyol untuk pria tersebut.
“Hai, kau Abu Nawas. Aku punya tugas penting buatmu,” ucap sang raja.
“Wahai Baginda Raja Harun Ar-Rasyid, tugas apakah yang akan engkau berikan pada hamba?” jawab pria lucu itu.
“Akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit perut. Kata tabib istana, aku menderita penyakit angina,” kata raja
Abu Nawas sedikit keheranan mendengar cerita sang raja. Ia lalu bertanya, “Ampun Baginda, kiranya apa yang bisa hamba lakukan untuk Yang Mulia?”.
“Tangkap dan penjarakan angin itu untukku! Kau tentu bisa melakukannya, bukan?” perintah sang raja.
Pria yang mendapat perintah konyol dari raja ini pun terdiam sejenak. Ia merasa bingung dengan perintah dari raja. Di sisi lain, ia tak mungkin menolak perintah itu. Sebab, apa pun yang jadi perintah raja harus ia patuhi bila tak mau terkena hukuman.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya pria ini menjawab, “Baiklah, Yang Mulia. Akan hamba coba untuk memenjarakan angin,” ucapnya meskipun belum tahu cara untuk menangkap benda tak kasat mata itu.
“Aku beri kau waktu tiga hari untuk menyelesaikan tugasmu. Betapa baik hatiku, hahaha” ucap sang raja.
“Baik, Yang Mulia. Akan hamba segera selesaikan perintah dari Tuan,” jawabnya.
Memikirkan Cara Memenjarakan Angin
Usai mendapat perintah dari sang raja, Abu Nawas pun pulang membawa tugas konyol itu. Sepanjang perjalanan pulang, ia terus terdiam dan mulutnya terkunci tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Ia tak habis pikir dengan perintah yang Raja Harun Ar-Rasyid berikan. Ia belum bisa memikirkan bagaimana cara menangkap dan memenjarakan angin. Menurutnya, angin adalah benda yang tak berwarna dan tak dapat dilihat.
“Bagaimana bisa aku menangkap angin yang bahkan tak bisa kusentuh itu?” tanyanya dalam hati.
Dua hari berlalu, Abu Nawas tak kunjung mendapatkan ide untuk menangkap angin, apalagi harus memenjarakannya. Ia hampir putus asa. Bahkan, ia tak dapat tidur dengan tenang. Ditambah lagi, waktu yang Baginda Raja tentukan hanya kurang 1 hari lagi.
“Apa yang harus kuperbuat? Besok adalah hari terakhir. Tapi, aku tak kunjung mendapatkan ide,” ucapnya dalam hati.
Ia mondar-mandir memikirkan cara untuk memenjarakan angin. Saking bingungnya, dalam hati, ia sempat menyerah dan berserah pada hukuman yang akan dirinya dapatkan esok hari.
Ketika malam datang, tiba-tiba ia mendapatkan ide yang sangat cemerlang. “Bukankah angin itu tidak terlihat? Raja juga tak dapat melihatnya, bukan?” ucapnya dalam hati sambil bergegas menyiapkan alat-alat yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tugasnya.
Kembali ke Istana
Saat pagi tiba, ia berjalan dengan yakin ke istana. Ia membawa sebuah botol kosong. Tak nampak apa pun di dalam botol itu. Ia lalu menemui Baginda Raja yang rupanya juga telah menunggu kedatangannya.
“Kau sudah menyiapkan tugas yang kuperintahkan padamu?” tanya sang raja.
“Tentu sudah, Yang Mulia,” kata Abu Nawas sambil menyerahkan sebuah botol kosong pada Baginda Raja.
“Mana anginnya?” tanya Baginda.
“Ada di dalam botol ini, Yang Mulia,” jawab pria cerdas itu dengan senyuman.
“Benarkah? Kenapa aku tak bisa melihat apa-apa?” tanya Baginda Raja kebingungan.
” Ampun Baginda, siapa pun tak akan bisa melihat angin. Akan tetapi, jika ingin tahu angin, Tuan harus membuka tutup botol tersebut terlebih dahulu,” jawab Abu Nawas meyakinkan sang raja.
Setelah membuka tutup botol, Baginda Raja mencium bau busuk. Ia lalu murka kepada pria yang membawa botol tersebut. “Bau busuk apa ini? Kau mau meracuniku?” bentak sang raja.
“Ampun Baginda. Tadi hamba buang angin. Lalu, hamba masukkan dalam botol itu. Karena takut anginnya keluar, maka hamba memenjarakannya dengan menutup botol ini. Dengan begitu, hamba bisa menyelesaikan tugas dari Tuan,” jawab pria cerdik ini.
Mendengar penjelasan pria itu, Baginda Raja tak jadi marah. Ia merasa perkataan Abu Nawas sangat masuk akal. Karenanya, Baginda Raja tak menghukum pria itu dan justru memberikannya sebuah hadiah.
10. struktur anekdot abu nawas dan monyet ajaib
Struktur teks anekdot:
1)Abstrak
Abstrak yatu baguan awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran tentang isi teks
2)Orientasi
Orientasi yaitu bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimana peristiwa terjadi
3)Krisis
Krisis yaitu bagian dimana terjadi hal atau masalah yang unik atau tidak biasa yang tejadi pada diri penulis atau orang yang diceritakan
4) Reaksi
Reaksi yaitu bagian tentang bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis menyelesaikan masalah yang timbul di bagian krisis
5)Koda
Koda yaitu bagian akhir dati cerita unik tersebut.Bisa juga dengan memberikan kesimpulan tentang kejadian yang dialami penulis atau orang yang diceritakan.
11. nilai sosial hikayat abu Nawas gajah ajaib
Jawaban:
Nilai Moral:
Kita harus selalu optimis, percaya diri dalam mencoba suatu hal yang membuat kita penasaran dan kita harus menggunakan berbagai cara/ide untuk menaklukkan hal yang membuat kita penasaran itu selama cara itu halal.
Penjelasan:
#Semangat belajar nya yaa
#semoga membantu
1. Agama adalah yg harus kita dekat kepada Tuhan
2. Moral adalah bersikap yang sopan kepada yang lebih tua dari pada kamu
3. Edukasi adalah sifat yang sanf baik
4. Sosial berbgi kepada sesama
12. siapa pengarang hikayat Abu nawas ?
Pengarangnya tidak diketahui. Ia adalah antara yang masih terselamat sehingga hari ini.
13. Sebutkan dan jelaskan latar atau seting dari hikayat abu nawas
Jawaban:
tempatnya di istana
Penjelasan:
14. struktur teks hikayat abu nawas “pesan bagi hakim”
Tema : keadilan
Alur : Menggunakan alur maju mundur. Karena penulis menceritakan cerita tidak berurutan dari awal hingga akhir.
Setting/ Latar :
-Setting Tempat : Negeri Baghdad, Rumah Abunawas.Rumah Kadi
Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
Amanat :
-kita harus banyak-banyak bersyukur.
Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
-kita harus selalu bersikap adil
15. unsur intrinsik pada hikayat Abu Nawas dan rumah sempit
tokoh: abu nawas, seorang laki-laki
alur: maju
sudut pandang: orang ke tiga
amanat: orang yang tidak pernah bersyukur tidak akan merasa puas
16. Ada peristiwa apa saja dalam cirita abu nawas dan botol ajaib setrsebut ?
Jawaban:Hidup di masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid, nama Abu Nawas begitu populer dalam cerita 1001 malam yang digambarkan sebagai sosok yang cerdik, namun jenaka. Di masa pemerintahan Harus Al Rasyid, di mana ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat dan melahirkan ilmuwan-ilmuwan dan pujangga serta penyair yang nama hingga karyanya populer sampai saat ini.Sosok Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakimi atau dikenal dengan Abu Nawas salah satunya. Kisah hidupnya penuh dengan nilai yang bermakna, tetapi tetap menghibur. Menariknya, hampir setiap penyelesaian yang dilakukannya jarang dipikirkan oleh orang pada umumnya.
Suatu ketika, Raja Harun Al Rasyid memanggil Abu Nawas ke istana untuk meminta pertolongan kepadanya.
Setiba di istana, Raja menyambut Abu Nawas dengan senyuman. Tanpa basa-basi, sang Raja pun berkata kepada Abu Nawas, "Akhir-akhir ini aku sering merasakan perutku sakit. Kata tabib istana, aku terkena serangan angin."
Dengan penuh keheranan, Abu Nawas bertanya, "Ampun baginda, sekiranya apa yang bisa hamba lakukan untuk Yang Mulia?"
Raja pun langsung memberikan titahnya, "Tangkap dan penjarakan angin itu untukku!"Sejenak, Abu Nawas terdiam.
"Aku akan beri waktu selama tiga hari untuk menyelesaikannya," lanjut sang Raja.
Kemudian, Abu Nawas pulang dengan membawa titah dari Raja Harun Al Rasyid. Namun, disepanjang jalan menuju rumah, ia terdiam tanpa berkata sedikit pun.
Abu Nawas masih merasa kebingungan dengan perintah sang Raja dan masih berpikir bagaimana cara menangkap dan membuktikan bahwa itu memang benar-benar angin.
Dalam pikirnya, angin adalah sesuatu yang aneh, tidak bewarna, dan tidak bosa dilihat. Namun, waktu berjalan begitu cepat, sudah dua hari Abu Nawas belum menemukan cara untuk mendapatkan cara untuk menangkap dan memenjarakan angin.
Merasa putus asa, Abu Nawas sampai tidak bisa tidur untuk menemukan caranya. Tetapi, tiba-tiba saja Abu Nawas tersadar dan berkata, "Bukankah jin itu tidak terlihat?"keesokan harinya, Abu Nawas menuju ke istana untuk bertemu Raja Harun Al Rasyid dengan mmebawa sebuah botol kepadanya.
Sesampainya di istana, "Mana angin itu, Abu Nawas?" tanya sang Raja.
"Ada di dalam, Yang Mulia," jawab Abu Nawas.
"Benarkah? Tapi, kenapa aku tidak melihat apa-apa?" Sang Raja kembali bertanya keheranan.
"Ampun Yang Mulia, angin tidak bisa dilihat, tetapi jika Tuanku ingin tahu, bisa dibuka tutup botol tersebut lebih dulu," jawab Abu Nawas.
Setelah botol tersbeut dibuka, Sang Raja mencium aroma yang tidak sedap. Lantas, ia pun marah kepada Abu Nawas dan berkata, "Bau apa ini, Abu Nawas?"
"Ampun Baginda, tadi hamba buang angin, lalu memasukkan angin itu ke dalam botol tersebut. Karena takut angin yang hamba masukkan itu keluar, jadi hamba memenjaraannyadengan menyumbat botol dan menutupnya." jawan Abu Nawas dengan ketakutan.
Mendengar penjelasan Abu Nawas, Raja Harun Al Rasyid heran sehingga ia tidak jadi menghukumnya. Abu Nawas pun mendapat hadiah dari raja. Wallahualam.
Penjelasan:cerita Abu nawas ada di 1001 malam
17. penokohan abu nawas botol ajaib
Jawaban
1. Abu Nawas :Cerdik, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha.
2. Baginda Raja : Licik, selalu berusaha menjatuhkan abu nawas, namun abu nawas selalu saja memecahkan masalah yang dihadapinya.
18. Anonim dalam hikayat abu nawas ibu sejati
Anonim 21 Agustus 2011 05.57
19. nilai apa saja yang terdapat dalam teks hikayat abu nawas? jelaskan!
Jawaban:
Nilai moral,akhlak, nilai keadilan,nilai janggung jawab
Penjelasan:
Maaf Kalau Salah
20. #gaya bahasa Hikayat Abu Nawas – Taruhan Yang Berbahaya
gaya bahasa disebut juga majas. Dalam Hikayat Abu Nawas – Taruhan Yang Berbahaya, terdapat majas hiperbola. Tertulis dalam kalimat berikut ini:
Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat ....
Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.
# semoga membantu
21. Istana sentris dalam hikayat abu nawas ibu sejatih
Istana SentrisTidak ada tentang kerajaan
22. teks Hikayat abu nawas tentang harta qarun
Abu Nawas gusar bukan kepalang. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas perintah Baginda Raja membongkar rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Baginda bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan. Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas. Apalagi mengganti kerugian.
Inilah yang membuat Abu Nawas gusar marah dan dendam. Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda. Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak.
Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. Ia tiba-tiba tertawa riang.
"Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi." Abu Nawas berkata kepada istrinya.
"Untuk apa?" tanya istrinya heran.
"Membalas Baginda Raja." kata Abu Nawas singkat.
Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata, "Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamutamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba."
"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" sergap Baginda kasar.
"Lalat-lalat ini, Tuanku." kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya. "Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini."
"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"
"Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu."
Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menolak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri sedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa Baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.
Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu. Ada yang hinggap di kaca. Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja. Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya.
Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu. Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari istana.
23. hikmah dari cerita abu nawas dan botol ajaib?
Jawaban:
berisi racun
Penjelasan:
maaf kalosalah
Jawaban:
hikmah nya adalah:
kita harus bijak seperti abu nawas, jangan mengambil tindakan sebelum berfikir.
24. mengidentifikasi unsur intrinsik hikayat abu nawas Dan botol ajaib
Unsur intrinsik adalah unsur yang bersifat membangun karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra tersebut. Unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
Unsur intrinsik dari hikayat "Abu Nawas dan Botol Ajaib" adalah sebagai berikut:
Tema : Kecerdikan dalam menyelesaikan suatu masalah.
Tokoh : Abu Nawas dan Bagian Raja Harun Ar-Rasyid.
Penokohan:
Abu Nawas bersifat cerdik, banyak akal dan pantang menyerah.Baginda Raja Harun Ar-Rasyid adalah raja yang kurang bijaksana karena memerintah hal yang tidak masuk akal untuk dilakukan.Latar : Kerajaan, jalanan dan rumah Abu Nawas.
Alur : Maju.
Sudut pandang : Pengarang berperan sebagai orang ketiga (pengamat).
Gaya bahasa : Bahasa mudah dipahami dan bersifat lucu.
Amanat : Jangan mudah putus asa ketika menghadapi suatu masalah.
Pembahasan:
Hikayat adalah jenis karya sastra yang menggambarkan peristiwa yang terjadi di lingkungan istana dan biasanya terdapat beberapa unsur yang menerangkan tentang kesaktian tokoh cerita. Dalam hikayat terdapat beberapa unsur intrinsik seperti tema, tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
Ciri - ciri hikayat antara lain:
Terdapat unsur yang tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata secara logika.Anonim yaitu identitas pengarang tidak pernah diketahui secara jelas.Bersifat istana-sentris yaitu mengisahkan peristiwa yang berlatar lingkungan istana atau kaum bangsawan.Tokoh utama dilengkapi dengan kesaktian yaitu unsur yang biasanya bersifat magis dan menjadikan tokoh utama lebih hebat daripada tokoh lain.Kaidah kebahasaan hikayat antara lain:
Terdapat kata arkais.Terdapat kata kerja pasif.Terdapat partikel -lah.Menggunakan kata keterangan waktu.Menggunakan kata kerja mental.Menggunakan majas seperti simile, hiperbola, antonomasia, dan lain sebagainya.Pelajari Lebih Lanjut:
1. Materi tentang ciri - ciri hikayat https://brainly.co.id/tugas/13420999
2. Materi tentang unsur intrinsik hikayat "Abu Nawas Mengecoh Raja" https://brainly.co.id/tugas/22784665
3. Materi tentang kaidah kebahasaan hikayat https://brainly.co.id/tugas/19933956
===============================================
Detail Jawaban:
Kelas : 11
Mapel : Bahasa Indonesia
Bab : Bab 4 - Pengayaan Buku Fiksi dan Non Fiksi (Hikayat)
Kode : 11.1.4
#TingkatkanPrestasimu
#SPJ3
25. Ciri ciri hikayatHikayat Abu Nawas dan Botol Ajaib
Jawaban:
Hikayat Abu Nawas dan Botol Ajaib memiliki beberapa ciri-ciri khas sebagai hikayat dalam sastra Melayu. Beberapa ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Cerita bersifat legenda dan memiliki unsur-unsur ajaib dan mistis.
2. Cerita biasanya diawali dengan pengenalan tokoh dan latar belakang cerita.
3. Cerita berisi pesan moral atau pendidikan yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengar.
4. Penggunaan bahasa yang lugas dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
5. Cerita disajikan secara naratif, dengan penggunaan kalimat yang sederhana dan singkat.
6. Cerita biasanya diakhiri dengan penyelesaian konflik dan pesan moral yang ingin disampaikan.
Penjelasan:
Dalam Hikayat Abu Nawas dan Botol Ajaib, terdapat kisah tentang Abu Nawas yang berpetualang dengan botol ajaib yang dapat memenuhi keinginannya. Cerita ini juga mengandung pesan moral tentang kebijaksanaan dan kecerdikan dalam menghadapi godaan dan keserakahan.
26. kemustahilan hikayat abu nawas?
Kemustahilannya adalah cerita itu tidak benar benar terjadi, namun makna yang terkandung didalamnya dapat kita jadikan penbelajaran.
27. Anonim dalam hikayat abu nawas ibu sejati
Hikayat yang mananya.. Biar di anonim
28. Karakter hikayat abu nawas
Penjelasan:
Unsur Intrinsik :
Tema : keadilan
Alur : Menggunakan alur maju mundur. Karena penulis menceritakan cerita tidak berurutan dari awal hingga akhir.
Setting/ Latar :
-Setting Tempat : Negeri Baghdad, Rumah Abunawas.Rumah Kadi
Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
Amanat :
-kita harus banyak-banyak bersyukur.
Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
-kita harus selalu bersikap adil
Unsur Ekstrinsik :
1. Nilai Moral
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita kalau sebenarnya tidak mampu.
2. Nilai Budaya
Sebagai seorang raja kita harus memberikan contoh yang baik kepada rakyat.
3. Nilai Sosial
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
4. Nilai Religius
Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
5. Nilai Pendidikan
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
Semoga bermanfaat ya (≡^∇^≡)
29. Sebutkan hikayat abu nawas ibu sejati
Jawaban:
Hikayat Abu Nawas – Ibu Sejati
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.
“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.
“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”
“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.
“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata Abu Nawas mengancam.
Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.
“Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.
30. ceritakan secara singkat dengan bahasa sendiri hikayat “abu nawas botol ajaib”
Jawaban:
cerita "ABU NAWAS BOTOL AJAIB"
eolah tidak puas, dia memberikan tugas aneh kepada Abu Nawas. Saya tidak tahu makna tersembunyi di balik itu semua. Ujian, atau hanya mencari hiburan? Demikian pula hari ini, Nabi memanggil Abu Nawas untuk datang ke istana. Sesampainya di istana presiden, eh istana raja artinya, Baginda Raja langsung menyambut kedatangan Abu Nawas dengan senyuman sebagai tanda kegembiraan. "Duduklah, Abu Nawas. Dengar, aku menderita sakit perut selama beberapa hari ini. Menurut dokter pribadiku, aku terkena serangan angin." Kata Raja, membuka percakapan. "Maafkan saya, Tuanku. Jadi apa yang bisa saya lakukan?". Sahut Abu Nawas. "Aku ingin menghukum angin, karena dialah yang membuat perutku sakit. Jadi, tugasmu adalah menangkap dan memenjarakannya, Abu Nawas." Kata Raja. diam. Tak sepatah kata pun terucap dari mulutnya. Dalam benaknya pikiran itu bukanlah cara untuk menangkap angin, tetapi cara untuk meyakinkan Raja bahwa dia telah menangkap angin. Adapun sifat angin, itu tidak terlihat. Berbeda dengan air yang masih terlihat meski jernih. “Aku beri waktu 3 hari untuk menyelesaikan tugasmu, Abu Nawas”. Terngiang perintahnya padanya. Abu Nawas pulang dengan membawa hadiah berupa tugas yang sulit. Tapi baginya hal seperti ini adalah hal yang wajar, karena itu adalah bagian dari hidupnya. Menurut Abu Nawas, menghadapi suatu masalah akan membuatnya berpikir. Dengan berpikir, otak bekerja dan tidak membeku. Itu membuatnya lebih cerdas dan berwawasan luas. Dengan buah pikirannya, tidak jarang dia membantu yang lemah. Bahkan, ia sering membawa pulang dompet emas hadiah dari sang Raja atas kecerdikannya. Tapi kali ini benar-benar pekerjaan yang sulit. Dua hari telah berlalu, sementara Abu Nawas tidak punya cara untuk mengejar angin. Keesokan harinya ia harus menghadap Raja untuk melaporkan hasil pekerjaannya. Malam ini Abu Nawas mengalami insomnia sementara (tidak bisa tidur semalaman). Tak pelak, hari berganti pagi. Berhasil atau tidak, Abu Nawas harus menghadapi raja. Mungkin sudah takdirnya, kali ini Abu Nawas harus menerima hukuman yang sangat berat atas kegagalannya. Dia berjalan tenggelam menuju istana. Dalam perjalanan, ia teringat kisah Aladin dengan lampu ajaibnya. Hmm, bagaimana menurut Abu Nawas? "Yah, Jin juga tidak terlihat, kan? Aku tahu jawabannya." Gumam Abu Nawas dalam hatinya. Abu Nawas melompat gembira. Dia berbelok ke arah rumah. Setelah berlari kencang, dia sampai di rumah. Sesampainya di rumah, ia langsung membawa semua perlengkapan yang diperlukan. Setelah selesai, dia segera meluncur kembali ke istana. foto: wallpaperswide.com Sesampainya di gerbang istana, para pengawal mengantarnya masuk menghadap raja yang sudah lama ditunggu-tunggu. Ia tidak sabar untuk segera bertanya kepada Abu Nawas. “Wahai Abu Nawas, bagaimana kabarnya? Apakah Anda menangkap angin, dan memasukkannya ke penjara? ” Tentu saja, Baginda . “Tetapi Abu Nawas dengan wajah ceria, mengeluarkan botol yang ujungnya diisi. raja. raja mengerutkan kening, menerima botol Abu Nawas, sementara merangkul dia, raja bertanya, "yang angin yang berarti Anda, Abu Nawas? Aku tidak melihatnya.” “Di dalam botol itu, Tuanku.” Jawab Abu Nawas dengan hormat. “Tapi kenapa aku tidak melihat apa-apa?” kata Raja. “Maaf pak. Anginnya tidak kelihatan, tapi kalau mau tahu dimana letak botolnya, tutupnya harus dibuka.” Sanggah Abu Nawas. Raja pun mengikuti instruksi Abu Nawas. Setelah membuka tutup botol, Raja mencium bau yang sangat busuk menusuk hidungnya. "Apa-apaan ini, wahai Abu Nawas!" Yang Mulia membentak dengan marah. "Maaf Yang Mulia. Tadi saat saya membuang udara, saya memasukkannya ke dalam botol. Karena saya khawatir itu akan lepas, jadi saya memasukkan mulut botolnya". Abu Nawas menjawab setengah takut. Mendengar jawaban yang logis, bukannya marah, dia malah tertawa puas. Kali ini Abu NawasSelamat lagi dan bawa dompet berisi koin emas. Dalam perjalanan, dia membagikan uang itu kepada siapa pun yang menurutnya pantas menerimanya. Jangan lupa sisihkan sebagian untuk diberikan kepada istri tercita